Waktu gue masih kecil, sekitar umur 2 sampe 10 tahun, gue merasakan masa kecil yang sangat bahagia. Nonton kartun, mainan sama temen temen gue, berantem dan melakukan hal apapun seperti yang dilakukan anak kecil pada umumnya. Hidup gue bahagia di dalam kesederhanaan. Bahkan kebahagiaan gue dalam menonton kartun, baca komik dan mainan, masih kebawa sampe sekarang. Sampe umur gue mau 19 tahun ini. Setiap pagi gue masih suka nonton Spongebob. Kadang hari minggu sengaja bangun pagi biar bisa nonton Crayon Shinchan dan Doraemon. Terkadang malah masih suka nyuri nyuri nonton Bima Satria Garuda atau Power Ranger.
Sekarang gue juga baru kepikiran, kenapa dulu gue suka banget nonton Power Ranger. Mungkin ada yang bilang itu terlalu banyak mengandung kekerasan untuk di tonton anak-anak. Tapi, menurut gue semangat dan sifat power ranger bisa bikin anak kecil ikut semangat dan aktif. Gara-gara nonton power ranger, gue dulu sempat bercita cita nolongin orang. Jadi polisi minimal. Waku TK gue bilang ke temen temen gue kalo mereka ada masalah, lapor gue aja. Biar gue bantu. Beneran, ada temen gue yang lapor kalo uangya habis dipalakin sama anak TK besar. Waktu itu gue masih TK kecil. Gue tanya temen gue, "yang mana anaknya? biar aku bantu kamu" dia nunjuk anak yang serem. Terus gue cuma senyum, dan bilang ke dia "Udah biarin aja. cuma 200 kan." Akhirnya karena uang jajannya yang cuma 200 perak itu diambil, gue beliin dia jajan. Emang, akhirnya gue gak bisa sehebat power ranger yang tangguh menghadapi lawannya. Menghajar monster monster jahat yang mau menghancurkan bumi. Tapi semangatnya saat itu udah tumbuh dalam diri gue. Gue pengen membantu teman gue. Itu jadi salah satu alasan hidup gue juga. Menolong dan membuat orang lain bahagia. Meskipun saat itu gue juga gak atau apa alasan gue untuk hidup. Tapi, secara gak langsung power ranger menanamkan alasan itu buat gue.
Jadi, jaman gue melewati masa anak-anak, acara TV sangat bagus dan menarik. Mendidik untuk anak anak. Ada si Unyil. Ada Tralala Trilili. Ada teletabis, Dora. meskipun acara Dora ini dilihat dari sudut pandang anak Remaja tanggung kayak gue adalah acara aneh. Tapi ini sangat mendidik untuk anak anak. Ada juga acara blues clues. Bahkan dulu gue ngefans sama Teletabis. Gue ngefans banget sama Tinky Winky. Gue juga punya posternya dikamar gue waktu itu. Meskipun gue gak tau sebenernya dia cowok atau cewek. Acara TV secara gak langsung akan mempengaruhi pemikiran anak anak. Saat lo nonton Dora, lo jadi ingin berpetualang. Dan selalu bertanya dan jadi anak yang kritis. Untungnya saat dulu gue nonton Dora, gak bikin sekarang gue suka bawa monyet kemana-mana.
Coba, bayangkan berapa anak disetiap rumah yang menonton acara tv?? jika tontonan mereka mendidik, secara gak langsung mempengaruhi anak anak yang menonton itu. Itu juga mengefek kepada lingkungan mereka. Waktu gue kecil, semua anak mainin yang namanya. Donal Bebek. Maju tiga langkah mundur tiga langkah. Gue gak tau apa nama permainan ini ditempat kalian. Anak-anak masih ada yang bermain mencari jejak blues clues. Seakan akan mencari harta karun. Masih banyak juga yang main gundu. Kebahagiaan yang sangat sederhana.
Lagu anak anak pun sangat banyak di jaman gue kecil. Gue paling suka lagu "libur telah tiba"-nya Tasya dan lagu "si Lumba Lumba"-nya Bondan. Disetiap pagi selalu pantengin TV buat nonton acara musik yang nyiarin lagu anak anak. Sangat berbanding kebalik sama apa yang terjadi di jaman gue menginjak dewasa ini. Disaat gue beranjak dewasa ini, gue merasa media hanya mengikuti jaman gue saja. Mereka seakan lupa, kalo saat gue remaja seperti ini, ada anak-anak generasi baru lain yang butuh konsumsi sesuai umur mereka. Gue sedih setiap nonton TV dan dengerin lagu jaman sekarang. Selalu acara TV yang dibuat cengeng. Berunsur galau cinta cintaan dan terlalu drama. Tidak ada semangat hidupnya sama sekali. Begitupun lagu jaman sekarang, sangat galau. Seakan akan galau itu adalah bumbu wajib sebuah media yang ingin laris. Tanpa mereka sadari, ada anak-anak kecil yang juga butuh konsumsi hiburan. Terpaksa mereka pun mengkosumsi hiburan yang ada. Karena suguhan yang diberikan oleh media sangat kotor, akhirnya ini pun berakibat kepada lingkungan mereka.
Bayangkan, berapa anak di setiap rumah yang setiap malam menonton sinetron drama yang tak mendidik? berapa anak di setiap rumah yang setiap pagi menonton acara musik yang sama sekali tidak bermutu. kalo istilah makanan, media sekarang ini adalah junk food. Tanpa bermaksud menghina salah satu media (sebenernya Pengen Ngehina juga) Media, media TV, cetak maupun digital sangat mempengaruhi lingkungan anak-anak jaman sekarang. Seharusnya media pertelevisian seperti RCTI, SCTV dan tv lain dapat mengerti akan hal ini. Andaikan mereka sadar.
Gue makin shock setelah ada tante tante seksi. Sebut saja Tante Acih, bilang ke gue lewat Line. Kalo dia prihatin dengan anak jaman sekarang. Dia baru saja membaca berita, ada bocah 10 tahun yang manjat tower BTS untuk bunuh diri. GILA! anak 10 tahun mau bunuh diri. Dan alasannya sangat konyol. Dia mau mengakhiri hidupnya yang sebenarnya masih punya masa depan yang sangat luas, hanya karena patah hati. Cintanya ditolak. Gue gak tau, apakah dia tidak merasa bahagia saat ibunya membuatkan masakan kesukaannya. Atau apakah dia tidak bahagia saat makan gorengan kesukannya di kantin sekolah. Mungkin dia lupa, kalo orang yang sudah mati gak bisa menikmati gorengan lezat lagi. Gue pun cari beritanya. Dan benar saja. Anak 10 tahun berinisial RA ini sempat 2 jam diatas tower BTS. Untungnya si cewek yang bikin dia patah hati (10 tahun juga), bisa membujuk si RA ini untuk turun. Tentu, ini gak akan terjadi kalo RA menonton Dora, Blues Clues atau Teletabis. Kalo si RA ini nonton Teletabis, saat dia patah hati mungkin dia hanya akan keliling keliling bukit yang penuh dengan kelinci sambil Relaksasi. Bahkan mungkin, RA tidak akan melakukan yang namanya cinta-cintaan pada umur itu jika dia mononton Blues Clues. Korban Sinetron kah si RA ini?? atau korban lagu galau?? kedua duanya juga media. Yang pastinya setiap hari dia konsumsi dan bisa dengan mudah mempengaruhi anak seumurannya. Nih yang mau baca beritanya RA.
Karena tante Acih ini, gue juga jadi penasaran. Apakah ada berita lain tentang anak kecil yang bunuh diri??. ternyata ada satu lagi. Ini tentang anak SD di Cina. Dua orang anak SD, cewek. Mati bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri mereka pada sebuah kolam. Alasannya sepele. Mereka bunuh diri karena takut telah menghilangkan kunci rumahnya. Karena putus asa, mereka akhirnya memutuskan untuk bunuh diri bersama. Berharap mereka dapat kembali ke Masal lalu. Menjelajah waktu. Ide itu mereka dapat setelah mereka menonton salah satu program TV yang menceritakan tentang perjalanan waktu. Ini silahkan baca beritanya.
Dulu, waktu SD gue juga sempet merasakan jatuh cinta. Ya, cinta monyet. Semua anak pada masa kayak gue, gue yakin mulai merasa suka pada lawan jenis. Tapi, apa daya. Gue dan dia yang gue suka tidaklah dekat. Gue gak punya keberanian untuk ngungkapinnya. Tapi gak pernah ada dipikiran gue untuk galau. Patah hati. Kalut. atas "apa yang harus gue lakukan". Gue biasa aja. Gue tetep main sama temen temen gue. Gue tetep nonton blues clues. Gue tetep dengerin Tasya Kamila saat libur akan tiba. Semua itu udah buat gue bahagia. Media saat itu mempengaruhi gue, sampai gue gak pernah kepikiran untuk yang namanya pacaran apalagi patah hati. Hingga sekarang gue jomblo....ehm, maksudnya single kayak gini, gue tetep bahagia dengan apa yang gue terima dan gue lakukan. Karena kebahagiaan itu sederhana. Saat SD, gue sangat bahagia kalo beli cakue yang ada di depan SD. Sekarang juga kebahagiaan gue sangat sederhana. Ngelihat seekor kucing yang sedang bermain aja gue bahagia. Bersantai di kamar sambil mendengarkan musik gue juga bahagia. BAHAGIA. Itulah alasan gue untuk hidup. Gue ingin bahagia. Setiap gue pulang kampung, gue selalu menyempatkan diri untuk datang ke SD gue. Beli cakue di depan SD gue. Dan gue pun bahagia, perasaan bahagia saat SD.
Jadi, kesimpulannya. Menurut pendapat gue. Media sangat berpengaruh dalam pola pikir anak anak. Sangat mempengaruhi gaya hidupnya. Media sekarang terutama TV, selalu menyuguhkan acara yang cengeng. Galau. Ada yang menghibur, untuk orang tertentu saja. Karena hiburannya bersifat menyiksa orang lain. Dorong-dorongan, siram tepung, saling hina. Tidak kah mereka berpikir bahwa bisa saja hal itu dicontoh oleh anak anak yang menonton. Akhirnya mereka melakukannya kepada seorang anak yang memang "layak" di bully menurut mereka. Anak itu disiram tepung, dorong, dan dihina. Anak itupun tertekan, tersakiti. Dan parahnya lagi, anak yang tersakiti juga ternyata suka nonton acara cengeng di media TV. Mendengarkan musik yang juga cengeng. Akhirnya hidupnya hanya dipenuhi kecengengan. Lalu dia pun bunuh diri. Ya, gue emang berlebihan membayangkannya. Tapi bukan tidak mungkin ini akan terjadi jika, anak anak masih menonton acara yang berisi sampah! Selain media yang berpengaruh. Orang tua juga berpengaruh. Ironisnya, banyak fakta menyebutkan orang tua mereka lah yang mengajak nonton acara-acara cengeng itu.
Hingga saat ini, alasan gue untuk hidup adalah BAHAGIA dan MEMBAHAGIAKAN orang lain. Semoga anak kecil jaman sekarang juga begitu.
Tulisan ini gue tulis karena gue miris dengan keadaan anak jaman sekarang. Jadi, ayolah nak #CintaiHidup .Tulisan ini juga merupakan uneg uneg gue terhadap media di Indonesia. Maaf jika pada tulisan gue ini lebih banyak menghina.
Sekarang gue juga baru kepikiran, kenapa dulu gue suka banget nonton Power Ranger. Mungkin ada yang bilang itu terlalu banyak mengandung kekerasan untuk di tonton anak-anak. Tapi, menurut gue semangat dan sifat power ranger bisa bikin anak kecil ikut semangat dan aktif. Gara-gara nonton power ranger, gue dulu sempat bercita cita nolongin orang. Jadi polisi minimal. Waku TK gue bilang ke temen temen gue kalo mereka ada masalah, lapor gue aja. Biar gue bantu. Beneran, ada temen gue yang lapor kalo uangya habis dipalakin sama anak TK besar. Waktu itu gue masih TK kecil. Gue tanya temen gue, "yang mana anaknya? biar aku bantu kamu" dia nunjuk anak yang serem. Terus gue cuma senyum, dan bilang ke dia "Udah biarin aja. cuma 200 kan." Akhirnya karena uang jajannya yang cuma 200 perak itu diambil, gue beliin dia jajan. Emang, akhirnya gue gak bisa sehebat power ranger yang tangguh menghadapi lawannya. Menghajar monster monster jahat yang mau menghancurkan bumi. Tapi semangatnya saat itu udah tumbuh dalam diri gue. Gue pengen membantu teman gue. Itu jadi salah satu alasan hidup gue juga. Menolong dan membuat orang lain bahagia. Meskipun saat itu gue juga gak atau apa alasan gue untuk hidup. Tapi, secara gak langsung power ranger menanamkan alasan itu buat gue.
Jadi, jaman gue melewati masa anak-anak, acara TV sangat bagus dan menarik. Mendidik untuk anak anak. Ada si Unyil. Ada Tralala Trilili. Ada teletabis, Dora. meskipun acara Dora ini dilihat dari sudut pandang anak Remaja tanggung kayak gue adalah acara aneh. Tapi ini sangat mendidik untuk anak anak. Ada juga acara blues clues. Bahkan dulu gue ngefans sama Teletabis. Gue ngefans banget sama Tinky Winky. Gue juga punya posternya dikamar gue waktu itu. Meskipun gue gak tau sebenernya dia cowok atau cewek. Acara TV secara gak langsung akan mempengaruhi pemikiran anak anak. Saat lo nonton Dora, lo jadi ingin berpetualang. Dan selalu bertanya dan jadi anak yang kritis. Untungnya saat dulu gue nonton Dora, gak bikin sekarang gue suka bawa monyet kemana-mana.
Coba, bayangkan berapa anak disetiap rumah yang menonton acara tv?? jika tontonan mereka mendidik, secara gak langsung mempengaruhi anak anak yang menonton itu. Itu juga mengefek kepada lingkungan mereka. Waktu gue kecil, semua anak mainin yang namanya. Donal Bebek. Maju tiga langkah mundur tiga langkah. Gue gak tau apa nama permainan ini ditempat kalian. Anak-anak masih ada yang bermain mencari jejak blues clues. Seakan akan mencari harta karun. Masih banyak juga yang main gundu. Kebahagiaan yang sangat sederhana.
Lagu anak anak pun sangat banyak di jaman gue kecil. Gue paling suka lagu "libur telah tiba"-nya Tasya dan lagu "si Lumba Lumba"-nya Bondan. Disetiap pagi selalu pantengin TV buat nonton acara musik yang nyiarin lagu anak anak. Sangat berbanding kebalik sama apa yang terjadi di jaman gue menginjak dewasa ini. Disaat gue beranjak dewasa ini, gue merasa media hanya mengikuti jaman gue saja. Mereka seakan lupa, kalo saat gue remaja seperti ini, ada anak-anak generasi baru lain yang butuh konsumsi sesuai umur mereka. Gue sedih setiap nonton TV dan dengerin lagu jaman sekarang. Selalu acara TV yang dibuat cengeng. Berunsur galau cinta cintaan dan terlalu drama. Tidak ada semangat hidupnya sama sekali. Begitupun lagu jaman sekarang, sangat galau. Seakan akan galau itu adalah bumbu wajib sebuah media yang ingin laris. Tanpa mereka sadari, ada anak-anak kecil yang juga butuh konsumsi hiburan. Terpaksa mereka pun mengkosumsi hiburan yang ada. Karena suguhan yang diberikan oleh media sangat kotor, akhirnya ini pun berakibat kepada lingkungan mereka.
Bayangkan, berapa anak di setiap rumah yang setiap malam menonton sinetron drama yang tak mendidik? berapa anak di setiap rumah yang setiap pagi menonton acara musik yang sama sekali tidak bermutu. kalo istilah makanan, media sekarang ini adalah junk food. Tanpa bermaksud menghina salah satu media (sebenernya Pengen Ngehina juga) Media, media TV, cetak maupun digital sangat mempengaruhi lingkungan anak-anak jaman sekarang. Seharusnya media pertelevisian seperti RCTI, SCTV dan tv lain dapat mengerti akan hal ini. Andaikan mereka sadar.
Gue makin shock setelah ada tante tante seksi. Sebut saja Tante Acih, bilang ke gue lewat Line. Kalo dia prihatin dengan anak jaman sekarang. Dia baru saja membaca berita, ada bocah 10 tahun yang manjat tower BTS untuk bunuh diri. GILA! anak 10 tahun mau bunuh diri. Dan alasannya sangat konyol. Dia mau mengakhiri hidupnya yang sebenarnya masih punya masa depan yang sangat luas, hanya karena patah hati. Cintanya ditolak. Gue gak tau, apakah dia tidak merasa bahagia saat ibunya membuatkan masakan kesukaannya. Atau apakah dia tidak bahagia saat makan gorengan kesukannya di kantin sekolah. Mungkin dia lupa, kalo orang yang sudah mati gak bisa menikmati gorengan lezat lagi. Gue pun cari beritanya. Dan benar saja. Anak 10 tahun berinisial RA ini sempat 2 jam diatas tower BTS. Untungnya si cewek yang bikin dia patah hati (10 tahun juga), bisa membujuk si RA ini untuk turun. Tentu, ini gak akan terjadi kalo RA menonton Dora, Blues Clues atau Teletabis. Kalo si RA ini nonton Teletabis, saat dia patah hati mungkin dia hanya akan keliling keliling bukit yang penuh dengan kelinci sambil Relaksasi. Bahkan mungkin, RA tidak akan melakukan yang namanya cinta-cintaan pada umur itu jika dia mononton Blues Clues. Korban Sinetron kah si RA ini?? atau korban lagu galau?? kedua duanya juga media. Yang pastinya setiap hari dia konsumsi dan bisa dengan mudah mempengaruhi anak seumurannya. Nih yang mau baca beritanya RA.
Karena tante Acih ini, gue juga jadi penasaran. Apakah ada berita lain tentang anak kecil yang bunuh diri??. ternyata ada satu lagi. Ini tentang anak SD di Cina. Dua orang anak SD, cewek. Mati bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri mereka pada sebuah kolam. Alasannya sepele. Mereka bunuh diri karena takut telah menghilangkan kunci rumahnya. Karena putus asa, mereka akhirnya memutuskan untuk bunuh diri bersama. Berharap mereka dapat kembali ke Masal lalu. Menjelajah waktu. Ide itu mereka dapat setelah mereka menonton salah satu program TV yang menceritakan tentang perjalanan waktu. Ini silahkan baca beritanya.
Dulu, waktu SD gue juga sempet merasakan jatuh cinta. Ya, cinta monyet. Semua anak pada masa kayak gue, gue yakin mulai merasa suka pada lawan jenis. Tapi, apa daya. Gue dan dia yang gue suka tidaklah dekat. Gue gak punya keberanian untuk ngungkapinnya. Tapi gak pernah ada dipikiran gue untuk galau. Patah hati. Kalut. atas "apa yang harus gue lakukan". Gue biasa aja. Gue tetep main sama temen temen gue. Gue tetep nonton blues clues. Gue tetep dengerin Tasya Kamila saat libur akan tiba. Semua itu udah buat gue bahagia. Media saat itu mempengaruhi gue, sampai gue gak pernah kepikiran untuk yang namanya pacaran apalagi patah hati. Hingga sekarang gue jomblo....ehm, maksudnya single kayak gini, gue tetep bahagia dengan apa yang gue terima dan gue lakukan. Karena kebahagiaan itu sederhana. Saat SD, gue sangat bahagia kalo beli cakue yang ada di depan SD. Sekarang juga kebahagiaan gue sangat sederhana. Ngelihat seekor kucing yang sedang bermain aja gue bahagia. Bersantai di kamar sambil mendengarkan musik gue juga bahagia. BAHAGIA. Itulah alasan gue untuk hidup. Gue ingin bahagia. Setiap gue pulang kampung, gue selalu menyempatkan diri untuk datang ke SD gue. Beli cakue di depan SD gue. Dan gue pun bahagia, perasaan bahagia saat SD.
Jadi, kesimpulannya. Menurut pendapat gue. Media sangat berpengaruh dalam pola pikir anak anak. Sangat mempengaruhi gaya hidupnya. Media sekarang terutama TV, selalu menyuguhkan acara yang cengeng. Galau. Ada yang menghibur, untuk orang tertentu saja. Karena hiburannya bersifat menyiksa orang lain. Dorong-dorongan, siram tepung, saling hina. Tidak kah mereka berpikir bahwa bisa saja hal itu dicontoh oleh anak anak yang menonton. Akhirnya mereka melakukannya kepada seorang anak yang memang "layak" di bully menurut mereka. Anak itu disiram tepung, dorong, dan dihina. Anak itupun tertekan, tersakiti. Dan parahnya lagi, anak yang tersakiti juga ternyata suka nonton acara cengeng di media TV. Mendengarkan musik yang juga cengeng. Akhirnya hidupnya hanya dipenuhi kecengengan. Lalu dia pun bunuh diri. Ya, gue emang berlebihan membayangkannya. Tapi bukan tidak mungkin ini akan terjadi jika, anak anak masih menonton acara yang berisi sampah! Selain media yang berpengaruh. Orang tua juga berpengaruh. Ironisnya, banyak fakta menyebutkan orang tua mereka lah yang mengajak nonton acara-acara cengeng itu.
Hingga saat ini, alasan gue untuk hidup adalah BAHAGIA dan MEMBAHAGIAKAN orang lain. Semoga anak kecil jaman sekarang juga begitu.
Tulisan ini gue tulis karena gue miris dengan keadaan anak jaman sekarang. Jadi, ayolah nak #CintaiHidup .Tulisan ini juga merupakan uneg uneg gue terhadap media di Indonesia. Maaf jika pada tulisan gue ini lebih banyak menghina.